*) Ditulis sebagai bahan tesis S2 UPI dengan judul "Pengembangan Desain Didaktis untuk Mengatasi Learning Obstacles Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel pada Siswa Kelas VII SMP."
**) Hanya diizinkan untuk melakukan kutipan tidak langsung pada artikel ini.
Ahli filsafat sains Bachelard (Manno, 2006, hlm. 31) adalah orang yang pertama kali menggunakan kata “epistemological obstacle” di dalam bukunya yang berjudul “La formazione dello spirito scientifico” pada tahun 1938. Bachelard memperkenalkannya dengan kata-kata berikut:
“We have to think about scientific knowledge in terms of obstacle. We are not talking about external obstacles such as the non lasting character of the phenomenon or their complexity, nor to think that it is weakness of meanings or of human spirit’s fault; is the only and simple act of knowing that brings troubles and unbalance within. Is there, where we go slow and back, is there where we find epistemological obstacles” (Manno, 2006, hlm. 32)
Bachelard mengelompokkan physics’ science obstacles sebagai berikut:
1. obstacles we know by experience
2. obstacles of general knowledge
3. verbal obstacles
4. obstacles of not authorized use
5. obstacles of familiar images
6. obstacles of unity knowledge
7. obstacles of pragmatic knowledge
8. realistic obstacles
9. soul obstacles
10. quantity knowledge obstacles
Cornu (Moru, 2006, hlm. 13) membedakan obstacles menjadi empat jenis, yaitu cognitive obstacles, genetic dan psychological obstacle, didactical obstacle, dan epistemological obstacles. Menurut Conru, cognitive obstacles terjadi apabila siswa menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran. Genetic and psychological obstacle terjadi pada hasil dari perkembangan personal siswa. Didactical obstacle terjadi karena pembelajaran yang diberikan guru dan epistemological obstacles terjadi karena sifat dari konsep matematika yang dimiliki siswa.
Menurut Brosseau, cognitive obstacle masuk pada ontogenic, didactic, dan epistemological. Hal ini menunjukkan adanya overlap diantara beberapa obstacle tersebut. Oleh karena itu, Brousseau (2002, hlm. 86) membagi learning obstacles menjadi tiga jenis, yaitu:
1. ontogenic obstacle, yaitu ketidaksesuaian antara pembelajaran atau desain didaktis yang diberikan tidak sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Sehingga memunculkan kesulitan dalam proses pemahaman materi. Jika level yang diterima siswa terlalu rendah maka siswa tidak akan mengalami proses belajar yang sesungguhnya, sebaliknya jika level yang diterima siswa terlalu tinggi, maka siswa akan mengalami kesulitan bahkan tidak menyenangi matematika karna sulit.
2. epistemological obstacle, yaitu kesulitan pada proses pembelajaran yang terjadi akibat dari keterbatasan konteks yang siswa ketahui. Dalam hal ini siswa hanya menerima pemahaman konsep secara parsial, sehingga ketika dihadapkan pada konteks yang berbeda siswa mengalami kesulitan dalam menggunakannya.
3. didactical obstacle, yaitu kesulitan yang terjadi akibat pembelajaran yang dilakukan guru.
“We have to think about scientific knowledge in terms of obstacle. We are not talking about external obstacles such as the non lasting character of the phenomenon or their complexity, nor to think that it is weakness of meanings or of human spirit’s fault; is the only and simple act of knowing that brings troubles and unbalance within. Is there, where we go slow and back, is there where we find epistemological obstacles” (Manno, 2006, hlm. 32)
Bachelard mengelompokkan physics’ science obstacles sebagai berikut:
1. obstacles we know by experience
2. obstacles of general knowledge
3. verbal obstacles
4. obstacles of not authorized use
5. obstacles of familiar images
6. obstacles of unity knowledge
7. obstacles of pragmatic knowledge
8. realistic obstacles
9. soul obstacles
10. quantity knowledge obstacles
Cornu (Moru, 2006, hlm. 13) membedakan obstacles menjadi empat jenis, yaitu cognitive obstacles, genetic dan psychological obstacle, didactical obstacle, dan epistemological obstacles. Menurut Conru, cognitive obstacles terjadi apabila siswa menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran. Genetic and psychological obstacle terjadi pada hasil dari perkembangan personal siswa. Didactical obstacle terjadi karena pembelajaran yang diberikan guru dan epistemological obstacles terjadi karena sifat dari konsep matematika yang dimiliki siswa.
Menurut Brosseau, cognitive obstacle masuk pada ontogenic, didactic, dan epistemological. Hal ini menunjukkan adanya overlap diantara beberapa obstacle tersebut. Oleh karena itu, Brousseau (2002, hlm. 86) membagi learning obstacles menjadi tiga jenis, yaitu:
1. ontogenic obstacle, yaitu ketidaksesuaian antara pembelajaran atau desain didaktis yang diberikan tidak sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Sehingga memunculkan kesulitan dalam proses pemahaman materi. Jika level yang diterima siswa terlalu rendah maka siswa tidak akan mengalami proses belajar yang sesungguhnya, sebaliknya jika level yang diterima siswa terlalu tinggi, maka siswa akan mengalami kesulitan bahkan tidak menyenangi matematika karna sulit.
2. epistemological obstacle, yaitu kesulitan pada proses pembelajaran yang terjadi akibat dari keterbatasan konteks yang siswa ketahui. Dalam hal ini siswa hanya menerima pemahaman konsep secara parsial, sehingga ketika dihadapkan pada konteks yang berbeda siswa mengalami kesulitan dalam menggunakannya.
3. didactical obstacle, yaitu kesulitan yang terjadi akibat pembelajaran yang dilakukan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Manno, G. (2006). Embodiment and A-Didactical Situation in The Teaching-Learning of The Perpendicular Straigth Lines Concept. Doctoral Thesis: Department of Didactic Mathematics Faculty of Mathematics and Physics Comenius University Bratislava.
Moru, E. K. (2006). Epistemological Obstacles in Coming to Understand the Limit Concept at Undergraduate Level: A Case of the National University of Lesotho. Doctoral Thesis: School of Science and Mathematics Education in the Faculty of Education University of the Western Cape.
Brouseau, G. (2002). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Moru, E. K. (2006). Epistemological Obstacles in Coming to Understand the Limit Concept at Undergraduate Level: A Case of the National University of Lesotho. Doctoral Thesis: School of Science and Mathematics Education in the Faculty of Education University of the Western Cape.
Brouseau, G. (2002). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Jika kalian merasa postingan kami bermanfaat, silakan ikuti kami di:
Instagram: @rofaeducationcentre
Fanspage FB: @ROFAEducationCentre
Youtube Chanel: ROFA EDUCATION CENTRE
Website: www.rofaeducationcentre.com
loading...
loading...
0 komentar:
Post a Comment